Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Angka Obesitas Tinggi, Orang Amerika Rentan COVID-19

image-gnews
24_kosmo_obesitasjunkfood
24_kosmo_obesitasjunkfood
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Meningkatnya angka obesitas, diabetes dan tekanan darah tinggi di kalangan masyarakat Amerika Serikat membuat mereka memiliki kerentanan yang tinggi terinfeksi virus corona COVID-19.

Menurut Tom Frieden, mantan direktur Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), lebih dari 60 persen orang dewasa di Amerika memiliki setidaknya satu kondisi kesehatan tersebut.

“Semua masalah kesehatan ini meningkatkan risiko infeksi COVID-19, penyakit yang disebabkan oleh virus, dan lebih buruk lagi, kematian,” ujar dia, seperti dikutip Daily Mail, Senin, 30 Maret 2020. 

Per hari ini, Selasa sore, 31 Maret 2020, data dari peta sebaran yang dibuat Johns Hopkins University, terkonfirmasi kasus terinfeksi sebanyak 164.610, sebanyak 3.170 tewas dan 5.945 sembuh. Para ahli kesehatan khawatir bahwa kedua angka ini akan meningkat secara eksponensial karena hanya sedikit yang benar-benar berisiko rendah terinfeksi.

Para ahli menyarankan bahwa obesitas dapat menempatkan Amerika pada risiko pandemi yang serupa dengan yang terlihat pada tahun 1918 dengan flu Spanyol. Menurut CDC, 42,4 persen dari populasi orang dewasa obesitas dan 18,5 persen anak-anak di Amerika.

Obesitas dikenal sebagai faktor risiko untuk beberapa kondisi kesehatan kronis termasuk diabetes tipe 2, stroke, serangan jantung dan bahkan jenis kanker tertentu. Para ahli memperingatkan bahwa proporsi orang dewasa gemuk hanya akan tumbuh seperti generasi muda.

Meningkatnya tingkat obesitas tidak hanya akan meningkatkan biaya perawatan kesehatan, tapi dapat memacu pandemi virus corona, atau pandemi masa depan.

Sebuah studi pandemi flu H1N1 2009, menemukan bahwa orang gemuk dua kali lebih mungkin dirawat di rumah sakit dibandingkan dengan populasi negara. Artinya, orang gemuk yang didiagnosis dengan COVID-19 membuat rumah sakit yang sudah kewalahan semakin penuh.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Selain itu, sebuah studi baru-baru ini dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Michigan menemukan bahwa orang dewasa yang obesitas dan terinfeksi flu tidak hanya berisiko lebih besar mengalami komplikasi parah, tapi tetap menular lebih lama. 

Ini berarti, obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko penularan flu. Dengan 75 persen orang dewasa di Amerika diperkirakan kelebihan berat badan atau obesitas pada tahun 2030, ini dapat mengakibatkan hilangnya ribuan lebih banyak nyawa akibat flu, atau virus corona.

Meskipun tidak jelas mengapa orang dewasa gemuk lebih menular, para ilmuwan percaya bahwa obesitas mengubah respons kekebalan tubuh dan menyebabkan peradangan kronis. Terlebih lagi, sebuah penelitian bulan ini dari Cina menemukan bahwa pasien virus corona dengan penyakit penyerta memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.

Sementara, penelitian dari University of North Carolina di Chapel Hill menemukan bahwa hanya 12 persen orang Amerika di atas usia 20 yang dianggap 'sehat secara metabolisme’. Populasi ini memiliki pengukuran pinggang, kadar glukosa, tekanan darah dan kolesterol 'optimal' tanpa harus minum obat.

Sementara itu, 80 juta orang di Amerika (satu dari tiga) menderita tekanan darah tinggi, 100 juta hidup dengan diabetes atau pra-diabetes, dan 102 juta memiliki kadar kolesterol tinggi, dan banyak memiliki kombinasi dari ketiganya. Artinya, hanya sebagian kecil dari populasi yang benar-benar dapat dianggap berisiko rendah.

DAILY MAIL | CDC

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

5 jam lalu

Seorang petugas kesehatan memegang botol berisi vaksin Oxford/AstraZeneca coronavirus disease (COVID-19) di Rumah Sakit Nasional di Abuja, Nigeria, 5 Maret 2021. [REUTERS/Afolabi Sotunde]
Selain AstraZeneca, Ini Daftar Vaksin Covid-19 yang Pernah Dipakai Indonesia

Selain AstraZeneca, ini deretan vaksin Covid-19 yang pernah digunakan di Indonesia


Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

11 jam lalu

Pada acara vaksinasi booster ini tersedia dosis vaksin Astra Zeneca, Sinovac, dan Pfizer di Polsek Jagakarsa, Jakarta Selatan, Jumat 17 Juni 2022. Adanya virus omicron subvarian baru yaitu BA.4 dan BA.5 yang berpotensi membuat lonjakan kasus Covid-19. Tempo/Muhammad Syauqi Amrullah
Heboh Efek Samping AstraZeneca, Pernah Difatwa Haram MUI Karena Kandungan Babi

MUI sempat mengharamkan vaksin AstraZeneca. Namun dibolehkan jika situasi darurat.


Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

14 jam lalu

Mesin robot ekstraksi vaksin Covid-19 bernama AutoVacc, yang dirancang oleh Pusat Penelitian Teknik Biomedis Universitas Chulalongkorn untuk mengekstrak dosis ekstra dari botol vaksin AstraZeneca, terlihat di Bangkok, Thailand 23 Agustus 2021. Gambar diambil 23 Agustus 2021. REUTERS/Juarawee Kittisilpa
Komnas PP KIPI Sebut Tidak Ada Efek Samping Vaksin AstraZeneca di Indonesia

Sebanyak 453 juta dosis vaksin telah disuntikkan ke masyarakat Indonesia, dan 70 juta dosis di antaranya adalah vaksin AstraZeneca.


Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

1 hari lalu

Seorang petugas kesehatan memegang botol berisi vaksin Oxford/AstraZeneca coronavirus disease (COVID-19) di Rumah Sakit Nasional di Abuja, Nigeria, 5 Maret 2021. [REUTERS/Afolabi Sotunde]
Fakta-fakta Vaksin AstraZeneca: Efek Samping, Kasus Hukum hingga Pengakuan Perusahaan

Astrazeneca pertama kalinya mengakui efek samping vaksin Covid-19 yang diproduksi perusahaan. Apa saja fakta-fakta seputar kasus ini?


Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

4 hari lalu

Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
Kenali Dampak Stres pada Diabetes dan Cara Mengelolanya

Stres fisik, seperti saat sakit atau cedera, gula darah juga bisa meningkat, yang dapat mempengaruhi penderita diabetes tipe 1 maupun tipe 2.


12 Penyebab Kantuk Berat yang Perlu Diwaspadai, Salah Satunya Kanker

4 hari lalu

Ilustrasi wanita mengantuk. Freepik.com
12 Penyebab Kantuk Berat yang Perlu Diwaspadai, Salah Satunya Kanker

Rasa kantuk merupakan hal normal yang terjadi dalam tubuh. Tapi, ada beberapa penyebab kantuk berat yang harus diwaspadai. Ini penjelasannya.


Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

5 hari lalu

Ilustrasi anak obesitas berolahraga. Kevin Frayer/Getty Images
Olahraga Malam Hari Disebut Lebih Bermanfaat bagi Orang Obesitas

Penelitian mengklaim olahraga pada malam hari bisa memberi lebih banyak manfaat kesehatan bagi orang obesitas dan diabetes tipe 2.


Parto Patrio Operasi Batu Ginjal, Kenali Gejala dan Penyebab Batu Ginjal

5 hari lalu

Parto Patrio  di Trans TV, Jakarta, 13 November 2002. [TEMPO/ Rendra].
Parto Patrio Operasi Batu Ginjal, Kenali Gejala dan Penyebab Batu Ginjal

Komedian Parto Patrio sedang menjalani pemulihan usai operasi batu ginjal. Lantas, apa yang menyebabkan dan tanda-tanda dari penyakit ini?


Yang Perlu Diperhatikan Pasien Diabetes kala Cuaca Panas Ekstrem

5 hari lalu

Ilustrasi wanita di bawah paparan sinar matahari. Freepik.com
Yang Perlu Diperhatikan Pasien Diabetes kala Cuaca Panas Ekstrem

Berikut tips tetap terhidrasi dan sehat selama cuaca panas ekstrem bagi pasien diabetes yang mungkin mengalami respons dari obat.


Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

6 hari lalu

Juru bicara KPK, Ali Fikri, menghadirkan anggota DPRD Labuhan Batu, Yusrial Suprianto Pasaribu dan pihak swasta Wahyu Ramdhani Siregar, resmi memakai rompi tahanan seusai menjalani pemeriksaan, di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi, Jakarta, Jumat, 26 Januari 2024. KPK resmi meningkatkan status perkara ke tahap penyidikan dengan menetapkan dan melakukan penahnan secara paksa selama 20 hari pertama terhadap dua orang tersangka baru Yusrial Suprianto Pasaribu dan Wahyu Ramdhani Siregar terkait Operasi Tangkap Tangan KPK terhadap empat tersangka Bupati Labuhan Batu, Erik A. Ritonga, anggota DPRD Labuhan Batu, Rudi Syahputra Ritonga, dua orang pihak swasta Efendy Sahputra dan Fazar Syahputra, dalam dugaan tindak pidana korupsi berupa pemberian hadiah atau janji terkait proyek pengadaan barang dan jasa dari APBD Tahun 2013 dan Tahun 2014 sebesar Rp.1,4 triliun di lingkungan Pemerintah Kabupatan Labuhan Batu. TEMPO/Imam Sukamto
Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.